1. Startup

Belum Genap Satu Bulan, Balon WiFi Klaten Go Online Rusak Ditembaki

Kami tak tahu harus berkomentar apa mendengar kabar ini, yang jelas begitu kabar tak enak ini tersiar di sejumlah media lokal hal ini sontak membuat membuat seisi kantor redaksi kami sedikit tercengang tak percaya. Pasalnya, belum genap sebulan (dan bahkan baru kemarin kami kabarkan) balon udara pemancar sinyal wifi yang dicanangkan oleh Pemkab Klaten diduga menjadi sasaran penembakan oleh pihak-pihak yang tak bertanggung jawab. Balon WiFi tersebut diduga bocor akibat tembakan senapan angin dikarenakan balon udara yang kerap mengalami kebocoran parah setiap harinya.

Menurut situs berita Suara Merdeka, balon penyebar sinyal wifi tersebut dalam keadaan normal seharusnya dapat bertahan “melayang” di udara selama satu minggu sebelum sekali diturunkan untuk proses pengisian ulang gas. Namun setelah beberapa waktu mengudara di atas kompleks Sekretariat Daerah (Setda) Klaten, siklus pengisian gas balon udara menjadi lebih sering yaitu bisa dua hari sekali bahkan dalam satu hari bisa diturunkan dua kali setiap pagi dan sore hari.

Suwandono selaku pihak koordinator Broadband Learning Center (BLC) Telkom Senin (19/8) kemarin mengkonfirmasi perihal masalah ini, "Sehari bisa diturunkan dua kali, ternyata selalu ada lubang kecil seperti bekas peluru senapan angin. Saya tidak bisa memastikan apakah benar-benar senapan angin, karena kami tidak menemukan bekas pelurunya," dikutip dari keterangannya di situs Suara Merdeka.

Melihat kejadian ini, pihaknya tetap tak patah arang dalam berkomitmen ingin memfasilitasi kebutuhan layanan internet nirkabel kepada seluruh masyarakat Klaten. “Tetapi lubang sudah bisa kita atasi dengan cara ditambal,” tambah Suwandono menanggapi penanganan selanjutnya terhadap kejadian tersebut.

Bagaimana dengan nasib balon wifi satu lagi yang berlokasi di alun-alun? Untungnya, hingga berita ini diturunkan kondisi dari balon wifi yang diterbangkan sebagai tandem dari balon wifi yang ditembaki tadi dalam kondisi aman dan berfungsi dengan lancar sebagaimana mestinya. Sesuai dengan berita yang dilansir oleh JogloSemar, Suwandono mengatakan balon wifi yang terletak di alun-alun perawatan yang dilakukan justru tidak mengalami kendala seperti halnya di kompleks Setda Klaten. “Balon yang ada di Alun-alun kondisinya lebih baik dan aman. Bahkan, gasnya tidak perlu diisi terlalu rutin,” papar Suwandono.

Selain bentuk gangguan tadi, balon wifi yang merupakan bagian dari program “Klaten Go Online” tersebut ternyata terdeteksi juga mengalami gangguan yang terjadi pada layanan yang sejatinya digunakan untuk mengedukasi masyarakat terhadap fasilitas internet nirkabel secara gratis. Suwandono mengungkapkan, dideteksi terdapat beberapa warnet dan pertokoan di sekitar lokasi balon wifi berada yang ikut memanfaatkan fasilitas tersebut namun juga dijadikan lahan komersialisasi bagi masyarakat yang mengakses internet.

“Ada juga warnet dan toko yang ikut nembak (menggunakan fasilitas), namun semua sudah bisa dideteksi. Ini merupakan salah satu dampak saat Pemkab Klaten membebaskan balon Wifi tanpa password. Tapi sejauh ini sudah dapat kami atasi,” ungkap Suwandono sesuai dengan berita yang dirilis JogloSemar.

Agak sedikit terdengar konyol, namun memang masalah tersebut mungkin bisa dibilang menjadi hal yang lumrah terhadap proses pengedukasian di negara-negara berkembang khususnya Indonesia. Dengan jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 200 juta, gangguan-gangguan terhadap berbagai fasilitas umum memang menjadi pekerjaan rumah yang tak mudah diselesaikan oleh berbagai pihak.

Namun yang terpenting, di balik gangguan tersebut, semangat ingin memfasilitasi dan mengedukasi masyarakat Indonesia agar “melek IT” harus tetap digalakkan karena, dengan penyebaran jaringan internet yang merata ke seluruh masyarakat Indonesia di berbagai wilayah perkembangan industri internet Indonesia dapat mencapai target yang diinginkan.

Klaten sendiri dalam hal ini menargetkan pada tahun 2015 mendatang diharapkan seluruh warga Klaten sudah teredukasi dan melek teknologi informasi, minimal penyebarannya dapat digunakan di wilayah-wilayah sentra UKM.

 

[ilustrasi foto oleh: Shutterstock]

Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again