1. Startup

[Simply Business] Kebangkitan Social Media Reseller

Industri e-commerce di Indonesia memang dalam masa pertumbuhan. Kita telah melihat banyaknya dukungan dari layanan payment gateway atas pertumbuhan ini serta perusahaan terkenal dengan kantong tebal. Namun sayang, sebagian orang masih menjual produk mereka di Facebook. Ya, Facebook!

Facebook tidak pernah diperuntukkan sebagai tempat menjual barang, namun pengguna Indonesia melakukannya. Ini juga terjadi di Multiply, Friendster dan bahkan BlackBerry Messenger Groups. Di mana orang berkumpul, maka disitulah para penjual melakukan aksinya.

Mari kita lihat Multiply. Perusahaan ini melakukan pivot dari situs jejaring sosial menjadi marketplace karena mereka melihat pertumbuhan yang pesat dari para penjual yang menggunakan Multiply sebagai sarana untuk menjual barang di negara Asia seperti Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam.

Setelah pivot ini, Multiply kini diperhintungkan sebagai tempat tujuan belanja online sosial di Filipina dengan lebih dari 120.000 penjual yang menjual dagangannya ke lima juta pengguna. Melihat besarnya pasar di Asia, mereka bahkan memindahkan kantor pusat mereka ke Indonesia dan akan berkonsentrasi pada ekspansi e-commerce mereka di Asia Tenggara.

Multiply adalah perusahaan besar yang bekerja dengan cara yang besar pula, kini mari kita lihat penjual dengan skala yang lebih kecil: mereka yang benar-benar menjual produk di media sosial. Kebanyakan orang yang saya kenal yang menjual barang dagangan mereka di media sosial adalah ibu muda. Dari informasi yang saya kumpulkan, mereka mengklaim mendapatkan pemasukkan $1000-$3000 per bulan, yang adalah lebih banyak 10-30 kali lipat dari gaji minimun orang Indonesia yang sebesar $120.

Media sosial yang paling populer untuk berjualan adalah Facebook. Sangat mudah untuk mengunggah foto lalu men-tag semua orang yang kita kenal. Acungkan tangan jika Anda belum pernah di-tag oleh teman yang berjualan barang tertentu. Saya mendapatkan pengalaman tersebut berulang kali dan sesungguhnya cukup menyebalkan. Tetapi yang membuat saya terkejut, dari berbagai komentar yang saya baca, orang ternyata membeli barang-barang tersebut.

Tempat kedua yang paling populer adalah BlackBerry Messenger Group (BBM Group). Hanya karena sangat mudah untuk menyiarkan pesan kepada ratusan orang dari kontak dan adanya fasilitas untuk menyimpan gambar yang bisa dilakukan dengan mudah. Pengguna BlackBerry sangat kecanduan BBM dan adanya fakta bahwa lima juta orang Indonesia memiliki BlackBerry, adalah faktor lain yang menjadikannya pilihan untuk berjualan.

Secara pribadi saya sendiri menemukan bahwa berjualan di Facebook atau BlackBerry Messenger Group cukup rumit. Namun hal ini menjadi lebih mudah bagi sebagian besar orang jika Anda mempertimbangkan faktor bahwa mereka telah mengkustomisasi sistemnya. Sistem e-commerce seperti Tokopedia mungkin menyediakan pendekatan yang sederhana dan langsung pada layanan e-commerce, tetapi menurut saya Tokopedia masih belum bisa mengalahkan jumlah penjual sporadis di Facebook atau BBM Group, atau tidak juga bisa mengalahkan jumlah orang (jutaan pembeli potensial!) yang telah menggunakan platfrom tersebut.

Penggunaan BlackBerry Messenger sebagai sebuah alat berdagang tidak hanya eksklusif milik pedagang personal, karena beberapa pemilik merek juga melakukannya. Kita bisa melihat semakin banyak mall yang menggunakan BBM sebagai platfrom untuk menyebarkan informasi diskon. Seperti yang dilakukan Brodo Footwear yang menggunakan BBM sebagai saluran customer service mereka. Brodo memiliki 2 perangkat BlackBerry khusus yang secara total memiliki lebih dari 1500 kontak. Mereka mengklaim bahwa lebih dari 50% penjualan terjadi di BBM! Ini cukup lucu mengingat mereka sebenarnya memiliki toko online dengan sistem keranjang belanja yang cukup baik. Mungkin orang terlalu malas atau lebih memilih komunikasi langsung dengan penjual 'asli' meski hanya lewat teks.

Social Media Reseller atau Pedagang media sosial adalah sebuah fenomena yang menarik dan suka tidak suka masih menjadi sesuatu yang populer dalam menjual barang. Hal ini mungkin mengganggu namun selama kita masih belum memiliki platform yang cukup mudah untuk digunakan dan secara luas dipakai oleh banyak orang, orang akan tetap men-tag Anda dengan produk jualan mereka serta menyebarkan info barang dagangan lewat BBM.

Untagged

Aria Rajasa adalah CEO dari GantiBaju.com, startup di bidang busana yang tidak berbeda dengan Threadless tetapi dengan sentuhan lokal Indonesia, GantiBaju juga memiliki komunitas desain yang sangat kuat. Semangat Aria di dunia wirausaha membuatnya mendirikan beberapa perusahaan setelah lulus kuliah.

Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again