1. Startup

Pasar Kendaraan Listrik Indonesia Ditaksir Capai Lebih dari Rp300 Triliun

Penetrasi motor listrik di Indonesia baru 0,2% dari total sebaran kendaraan roda dua, Vietnam sudah capai 9,7% dan Tiongkok 19,7%

AC Ventures dan Asosiasi Ekosistem Mobilitas Listrik (AEML) baru saja merilis laporan bertajuk "Indonesia’s Electric Vehicle Outlook: Supercharging Tomorrow’s Mobility" yang mengulas berbagai topik kunci terkait kendaraan listrik, mulai dari pelaku industri, infrastruktur, produksi lokal, rantai pasok, hingga kebijakan dan regulasi.

Laporan ini menyoroti potensi kendaraan listrik di Indonesia dengan proyeksi nilai sebesar $20 miliar atau lebih dari Rp300 triliun secara keseluruhan yang didukung sejumlah faktor kunci, antara lain peningkatan permintaan konsumen, kebijakan pemerintah, dan perkembangan teknologi baru yang mendorong performa dan mengurangi biaya secara keseluruhan.

Per 2020, pemakaian kendaraan listrik di Indonesia baru mencapai 26.000 unit roda dua dan 7.600 unit roda empat. Pemakaian ini utamanya didorong dari kemitraan B2B dan pembelian langsung. Secara persentase, saat ini motor listrik tercatat baru menyumbang 0,2% dari total pasar sepeda motor di Indonesia. Persentase ini dapat meningkat hingga 10% dalam lima tahun mendatang apabila pemangku kepentingan publik dan swasta bekerja sama untuk mendorong kendaraan listrik lokal.

Ekosistem pendukung, seperti cell manufacturing and battery management system ditaksir mengantongi nilai pasar sebesar $3 miliar-$4,5 miliar hingga 2030. Sementara, auto R&D and manufacturing diproyeksi menembus $12,5 miliar-$15 miliar. Kendati begitu, sejumlah tantangan ikut menyelimuti pengembangan kendaraan listrik di tanah air, mulai dari mahalnya biaya produksi kendaraan dan komponen baterai hingga rantai pasok.

Pemangku kepentingan di Tanah Air telah mengeluarkan sejumlah kebijakan di sisi permintaan, suplai, hingga infrastruktur untuk memberikan subsidi financing/insentif ke manufaktur, pengembang infrastruktur, hingga pengguna.

Sumber: Indonesia’s Electric Vehicle Outlook: Supercharging Tomorrow’s Mobility

Sebagai perbandingan, penetrasi penggunaan kendaraan listrik roda dua di Vietnam sudah mencapai 9,7% di 2021. Ini tidak termasuk penggunaan sepeda listrik. Tiongkok dan negara-negara di Eropa mencatat penetrasi lebih besar, masing-masing 15% dan 16,1% untuk kendaraan listrik roda empat di 2021. Adapun, Tiongkok mendominasi penggunaan kendaraan listrik roda dua dengan 19,7%.

Tantangan, sentimen, dan ekosistem lokal

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) membidik sebanyak 1,76 juta kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) dan 400 ribu unit untuk roda empat dapat mengaspal pada 2025. Dalam realisasinya, pemerintah tercekal sejumlah tantangan karena keterbatasan ekosistem untuk mendukung produksi, infrastruktur, hingga rantai pasok secara lokal.

Salah satunya adalah jaringan stasiun pengisian (charging station) dan penukaran baterai (BSS) pada kendaraan listrik. Per 2022, baru ada 439 high-powered general charging station yang terdapat di 328 titik lokasi dan 961 BSS di Indonesia.

Keterbatasan ini dikarenakan biaya investasi untuk membangun infrastruktur pengisian/penukaran baterai kendaraan listrik masih mahal. Tantangan lainnya adalah harga kendaraan listrik tidak murah, sedangkan opsi financing kendaraan listrik belum banyak. Di samping itu, spesifikasi yang terbatas juga belum dapat memenuhi kebutuhan pengendara.

Selain itu, minat terhadap kendaraan listrik juga dinilai belum tinggi. Berdasarkan survei terkait sentimen atau persepsi masyarakat terhadap kendaraan listrik, sebanyak 95% dan 84% responden masing-masing memiliki impresi positif pada aspek fuel efficiency dan biaya pemeliharaan yang rendah. Namun, impresi negatif terbesar tertuju pada aspek model kendaraan listrik (84%), infrastruktur pengisian baterai (81%), dan ukuran kendaraan listrik (79%).

"Banyak yang berminat switch ke kendaraan listrik karena merasa terlalu banyak menghabiskan biaya untuk bahan bakar. Namun, bagi kami, ini bukan hanya persoalan penghematan biaya, tetapi bagaimana mengembangkan produk yang punya kinerja yang sama dan dapat diandalkan seperti kendaraan yang sudah mereka miliki. Makanya, kami merancang produk dari pengalaman kami yang disesuaikan dengan pengguna Indonesia. Kami kembangkan kapabiitas R&D dengan tim yang kami miliki," Founder dan CEO Maka Motors Raditya Wibowo saat sesi panel paparan laporan ini, Senin (3/7).

Lebih lanjut, laporan ini menyoroti inisiatif sektor pemerintahan dan swasta dalam mendukung ekosistem kendaraan listrik dalam negeri. Pemerintah mendirikan holding Indonesia Battery Corporation (IBC) untuk membangun industri baterai kendaraan listrik dari hulu ke hilir.

Di sektor swasta, raksasa manufaktur baterai kendaraan listrik Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL) asal Tiongkok rencananya menggelontorkan investasi sebesar $5,6 miliar untuk mengembangkan bahan baku baterai kendaraan listrik di Indonesia.

Sumber: Indonesia’s Electric Vehicle Outlook: Supercharging Tomorrow’s Mobility

Dari sisi penggunaan, perusahaan teknologi besar, seperti Grab dan Gojek, ikut ambil bagian dengan memperkenalkan pemakaian kendaraan listrik melalui layanan ride-hailing dan logistik sebagai entry point mereka. Grab Indonesia mengoperasikan 14.000 armada motor listrik, sedangkan Lazada Logistics menggunakan kendaraan listrik yang diproduksi PT Smoot Motor Indonesia untuk keperluan logistik.

More Coverage:

Berdasarkan data yang kami himpun, ekosistem kendaraan listrik dalam negeri saat ini diisi oleh berbagai startup produsen motor listrik maupun pengembang baterai yang melibatkan sejumlah pemangku kepentingan. Beberapa di antaranya adalah Alva One, Charged Indonesia, ION Mobility, hingga Swap Energi.

Sumber: Indonesia’s Electric Vehicle Outlook: Supercharging Tomorrow’s Mobility

Korporasi dan pemodal ventura juga ikut terlibat dengan mendirikan perusahaan patungan (joint venture/JV) untuk menggarap kendaraan listrik, di antaranya ada Electrum (GoTo dan PT TBS Energi Utama Tbk) dan Ilectra Motor Group (PT Indika Energy Tbk, Alpha JWC Ventures, dan Horizons Ventures.

Sementara, anak usaha BUMN, Pertamina NRE ikut menggelontorkan dana kelolaan sebesar Rp7,7 triliun pada tahun lalu. Dana kelolaan bernama Energy Fund ini disiapkan untuk investasi pada inovasi di sektor energi.

Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again