1. Startup

Apakah Industri Healthcare di Indonesia Akan Booming Seperti Tiongkok?

Melihat perkembangan industri healthcare di Tiongkok dari sisi tantangan dan peluang menurut kacamata pemain

Bukan jadi rahasia umum bahwa kondisi ekonomi internet di Indonesia pada saat ini adalah cerminan dari lima tahun sebelumnya di Tiongkok. Selain dikarenakan geopolitik, hubungan ekonomi, budaya, hingga historis di Tiongkok juga banyak mempengaruhi Indonesia.

Contoh terdekatnya, bisa dilihat dari perkembangan tren industri internet, mulai dari e-commerce dan fintech. Keduanya kini sudah jadi industri yang besar, dan industri lain akan mengikutinya. Salah satu industri yang kian besar di negara Tirai Bambu tersebut adalah healthcare, pemicu besarnya sejak pandemi tiga tahun lalu.

Industri terhangat ini menjadi salah satu dari tiga topik besar yang diangkat dalam pameran dan konferensi teknologi BEYOND Expo 2023, Macau, setelah sustainability dan consumer tech. Berbagai diskusi pun digelar untuk melihat semasif apa industri ini di Tiongkok dan bagaimana tren ke depannya. Berikut rangkumannya:

Didukung populasi besar

Dalam diskusi panel berjudul "International Market Opportunities for Chinese Healthcare Companies," menghadirkan EVP Fosun International Li Haifeng dan CFO Livzon Zhang Wenze sebagai panelis, pada hari kedua gelaran BEYOND Expo 2023.

Li menjelaskan, Tiongkok sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia dengan populasi 1,4 miliar orang, menawarkan pasar yang sangat besar bagi industri farmasi. Selain itu, pemerintah pusat dan daerah terus menekankan penduduknya pada peningkatan mata pencaharian dan harapan hidup masyarakat yang sangat berdampak besar bagi industri ini.

Sumber: BEYOND Expo 2023

Menurutnya, perusahaan Tiongkok cenderung mendapatkan pasar yang lebih besar jika mereka mengadopsi pendekatan global dengan menanamkan teknologi terdepan yang dikombinasikan dengan etika kerja lokal. Didukung pula dengan fasilitas R&D, sehingga memungkinkan perusahaan untuk mengeksplorasi pertumbuhan pasar yang lebih besar dan juga memperluas peluang pasar.

Fosun itu sendiri merupakan perusahaan farmasi dengan empat produk unggulannya: Artesun, obat malaria yang ditemukan oleh pemenang Nobel Tu Youyou; vaksin mRNA Comirnaty untuk COVID-19 yang diproduksi bersama dengan perusahaan Jerman BioNTech; Axicabtagene Ciloleucel Injection, produk terapi sel CAR-T yang dikembangkan untuk pengobatan limfoma stadium akhir; dan Azvudine, obat antivirus yang digunakan untuk mengobati COVID-19.

Zhang menambahkan, dari pengalamannya selama 20 tahun bekerja di industri ini, disimpulkan bahwa industri farmasi seperti manufaktur, pangan, dan pertanian, karena punya siklus. Namun industri farmasi dapat melampaui siklus pasar.

“Namun, selama tiga tahun pandemi, kami telah mengamati beberapa perubahan baru. Hukum biofarmasi yang melampaui siklus pasar tampaknya telah gagal, dan kini memasuki siklus yang aneh, yang mana ini dibutuhkan waktu yang sangat lama dan banyak investasi modal untuk mengkomersialkan teknologi baru, seperti obat molekul kecil, terapi sel, dan imunoterapi."

Dia melanjutkan, “Saat ini, pasar modal lebih berfokus pada jalur khusus, dan tren berubah setiap tahun: dari perangkat ke mRNA hingga manufaktur AI, dan masing-masing cenderung menarik gelombang pendanaan.”

Hal ini menyebabkan munculnya beberapa proyek yang hanya melayani investor VC dan PE, meskipun banyak dari mereka tidak dapat menjelaskan model bisnis dasar mereka dan hanya mengandalkan konsep tersebut untuk mengamankan pembiayaan.

Ada kecenderungan ketidaksabaran di bidang medis karena pengusaha dan investor menuntut pengembalian yang melebihi proyeksi perkembangan alami industri. Alhasil mengakibatkan fenomena mencoba mendapatkan hasil yang cepat dan menghambat pertumbuhan jangka panjang.

Zhang juga menunjukkan bahwa AI kemungkinan akan menjadi kekuatan yang signifikan dalam mendisrupsi sistem healthcare dan akan menjadi faktor yang berpengaruh besar dalam pengembangan biofarmasi selama 10 tahun ke depan.

"Banyak teknologi yang masih dalam tahap belum diverifikasi atau dipalsukan, sehingga investor dan pelaku industri perlu waspada dan fokus pada teknologi yang benar-benar dapat diimplementasikan dan membantu pasien menyelesaikan masalah segera, bukan hanya gimmick yang menjanjikan," ujarnya.

Sudut pandang konsumen

Sumber: BEYOND Expo 2023

Kemudian, dalam diskusi panel sebelumnya yang mengangkat judul "Emerging Trends and Opportunities in Biotechnology" mengundang GM AstraZeneca Hong Kong Wu Shan dan GM Lianblo APAC Raphael Ho sebagai panelis. Dalam kesempatan tersebut, Shan menjelaskan pasca pandemi membuat perusahaan farmasi semakin giat melakukan R&D karena variasi penyakitnya, mulai dari asma dan gangguan pernapasan, makin beragam.

"Kondisi sekarang sama sekali berbeda dari 10 tahun yang lalu. Faktanya, kami sukses dalam beberapa tahun terakhir, melalui penelitian mandiri, kerja sama, dan memperkenalkan semua pekerjaan yang baik ini dalam memperluas obat inovatif kami," kata dia.

Hanya saja yang terpenting bagi perusahaan farmasi dalam membuat strategi dan keputusan, selalu memulai dari sudut pandang konsumen. Kognisi tersebut ia nilai sangat baik, karena sudah sangat jelas bahwa perusahaan farmasi tidak mungkin bisa membantu pasien menyelesaikan semua masalah yang ada di dalam tubuh mereka.

"Jadi inilah mengapa kami terus bekerja sama dengan berbagai mitra di seluruh ekosistem."

Bagaimana dengan Indonesia?

Menurut Indeks Keamanan Kesehatan Global 2021, yang dirilis oleh John Hopkins Center for Health Security, Nuclear Threat Initiative, dan Economist Intelligence Unit, Indonesia menempati peringkat 45 dari 195 total negara, jauh tertinggal dari negara terdekatnya, Singapura (24) dan Malaysia (27). Indeks tersebut mengukur kapasitas 195 negara untuk bersiap menghadapi epidemi dan pandemi.

Artinya, pandemi COVID-19 menjadi peringatan bagi Indonesia untuk mereformasi sistem kesehatannya. Pemerintah pun merevisi Daftar Negatif Investasi (DNI) pada 2021 dengan membuka peluang bagi investor asing di sebagian besar lini vertikal sektor kesehatan, khususnya layanan penunjang kesehatan.

Tak hanya itu, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menginisiasi Strategi Transformasi Digital Bidang Kesehatan 2020-2024, yang bertujuan untuk mengubah sistem pelayanan kesehatan menjadi model yang lebih efisien, efektif, dan berpusat pada pasien. Salah satu inisiatif utama dari strategi ini adalah platform SATUSEHAT (sebelumnya PeduliLindungi).

More Coverage:

Seperti diketahui, kekurangan tenaga medis menjadi salah satu kendala utama dalam mencapai pemerataan akses pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas kesehatan juga masih terkonsentrasi di Pulau Jawa hingga 2021, menurut Badan Pusat Statistik (BPS).

Dengan infrastruktur kesehatan yang tidak memadai, negara ini memiliki pengeluaran kesehatan per kapita yang lebih tinggi di daerah dengan jumlah fasilitas kesehatan yang lebih sedikit karena memerlukan biaya yang lebih tinggi untuk mobilisasi pasien.

“Kami memiliki keyakinan kuat bahwa inovasi biotek dapat membantu mengatasi masalah kesehatan yang telah ada di Indonesia selama bertahun-tahun. Nalagenetics dan Nusantics merupakan startup biotek yang memiliki metodologi berbeda dalam menyelesaikan permasalahannya. Kedua pendiri startup ini memiliki latar belakang yang kuat di bidang sains dan industri biotek, yang merupakan aset integral bagi perusahaan,” kata Venture Partner East Ventures Avina Sugiarto dalam situs resmi East Ventures. Kedua startup biotek ini didukung oleh East Ventures.

-

Disclosure: DailySocial.id adalah media partner dari BEYOND Expo 2023

Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again