1. Startup

Blackberry (Akhirnya) Luncurkan BBM4ALL, Pelaku Industri Mobile Indonesia Tidak Terkesan

Hari ini dimulai dengan berita diluncurkan aplikasi BBM untuk platform iOS dan juga Android di Indonesia. Melihat reaksi dari berbagai pihak di media sosial sangatlah menarik, ada yang sepertinya sangat senang dan ada juga yang menunjukkan ketidaktertarikannya. Lalu bagaimana tanggapannya dari pemain-pemain industri di Indonesia? Positif atau negatif?

"Harapan saya cukup tinggi ketika Blackberry mengumumkan peluncurkan BBM4ALL, namun melihat ketidakprofessionalan mereka dalam mengeksekusi produk tersebut, saya tidak dapat merekomendasikannya ke siapapun", kata seorang tokoh mobile Indonesia yang cukup ternama. Blackberry memang telah merencanakan peluncuran ini sejak lama, terutama setelah peluncuran yang berakhir dengan ditariknya kembali aplikasi BBM for Android yang telah diluncurkan di Appstore.

"Dalam sejarah telekomunikasi, belum pernah ada device yang tidak populer dan kemudian signifikan menjadi populer kembali. Konsumen cukup kejam dalam menghukum brand yang telah jatuh", kata Izak Jenie, seorang ahli di industri mobile Indonesia. Benar agaknya ketika "hukuman" dijatuhkan oleh konsumen, akan sangat sulit untuk mencapai tingkat awal kepercayaan konsumen.

Blackberry memang sedang dalam masa transisi yang sangat menentukan masa depan perusahaan, penjualan perangkat keras yang terus menurun tergerus iPhone dan Android yang kian gencar mengambil ceruk pasar. Blackberry sendiri akhirnya mulai mengubah fokusnya ke pasar korporat dan pemerintahan, namun meskipun ceruk pasarnya kian mengecil, BBM tetap merupakan layanan berkirim pesan yang populer terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. "Masih tersedia segmen untuk Blackberry walau kecil. Dan masih banyak yang mengharapkan BBM cross platform agar tetap bisa terhubung dengan pengguna Blackberry yang enggan beranjak ke Instant Messenger lainnya", kata Dolly Surya, seorang pengguna aktif internet dan mobile di Indonesia.

Namun terlepas dari popularitasnya di Indonesia, agaknya reaksi pelaku industri mobile terhadap peluncuran BBM ini cenderung kurang antusias. Sebut saja beberapa entitas industri seperti perusahaan telko yang dulunya merupakan rekanan dekat dari Blackberry, kini mereka-pun tidak seantusias dulu. "Dulu telco senang bekerjasama dengan Blackberry karena mendatangkan revenue bagi telco di luar data subscription. Saat ini, BBM posisi value-nya sama dengan aplikasi-aplikasi text dan voice messaing lainnya", kata seorang petinggi telko yang tidak ingin disebutkan namanya. Nada serupa datang dari jajaran eksekutif perusahaan telko di Indonesia yang DailySocial wawancarai, menunjukkan bahwa Blackberry harus membuktikan banyak hal untuk kembali menjadi anak emas bagi perusahaan telko.

Beberapa pemain mobile masih berharap banyak dengan adanya BBM for Android dan iPhone ini. Meskipun sudah beralih ke bisnis messaging, Blackberry tetap dirasa belum keluar dari persaingan ketat dengan pemain-pemain besar yang sudah ada lebih lama seperti Whatsapp, LINE, KakaoTalk, WeChat, Cubie Messenger, Skype dan Viber.

Salah satu kekuatan Blackberry yang masih tertanam erat di BBM tentunya adalah sistem enkripsi yang memang lebih superior ketimbang pemain lainnya. "Dengan lebih dari 60juta pengguna terdaftar dan pengalaman yang kuat di bidang keamanan layanan berkirim pesan, BBM adalah kesempatan terakhir bagi Blackberry untuk tetap relevan bagi konsumen. Saya pikir faktor keamanan untuk layanan pengirim pesan sangatlah krusial, saya ragu ada pemain lain yang memiliki teknologi pengaman seperti yang dimiliki Blackberry", kata Adrian Li, mantan petinggi Rocket Internet yang saat ini sedang membangun Qraved.

Izak Jenie menganalogikan BBM untuk perangkat di luar Blackberry seperti Microsoft Office di platform MacOS,  "BBM merupakan satu-satunya aset Blackberry yang masih bisa membuat kata 'Blackberry' masih relevan dan menjadi bahan pembicaraan. Posisi BBM untuk device lain sama seperti posisi Microsoft Office terhadap Apple OSX. Dengan adanya Microsoft Office, Windows tidak serta merta menghilang -- tetapi Microsoft Office menjadi aset yang kuat bagi Microsoft. Dan Microsoft Office di Windows selalu yang paling baru, sementara di Apple OSX selalu tertinggal".

Blackberry memang masih memiliki kekuatan yang tidak dimiliki para pesaingnya, namun usaha untuk kembali mendapatkan kepercayaan dari rekanan, investor dan penggunanya, tidak akan mudah. Memang hanya waktu yang bisa membuktikan apakah Blackberry bisa mempertahankan pasar Indonesia, namun satu hal yang pasti, dibutuhkan usaha yang luar biasa dan strategi yang mumpuni untuk membawa Blackberry kembali ke masa jayanya.

Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again