Dampak Kehadiran 4GLTE Bagi Startup Indonesia

Dampak Kehadiran 4GLTE Bagi Startup Indonesia

Segelintir orang barangkali masih skeptis dengan kemunculan teknologi 4G/LTE dan penerapannya yang mulai marak di Indonesia. Cukup mengherankan tapi bukan hal yang aneh, sebab di mana-mana, sejak zaman perang dulu, perubahan baik selalu menuai pro dan kontra bahkan tak sedikit mewujudkannya dalam bentuk pembelotan.

Tapi tak perlu dipaksakan, pasalnya lambat laun akan ada lebih banyak orang yang paham dan menerima bahwa zaman telah berubah. Berbeda dengan 10 atau 20 tahun lalu, kini ada lebih banyak layanan dan aplikasi yang berbasis digital, serba online terhubung ke internet. Tak terkecuali para penggagas startup yang memanfaatkan internet sebagai lahan mencari makan.

Di sejumlah negara maju, internet cepat telah menjadi sebuah fasilitas yang lumrah. Di sana ada banyak institusi, lembaga, atau bahkan sekelas perusahaan yang telah menerapkan sistem online untuk menghantarkan jasa, layanan, tugas atau pertemuan para staffnya.

Sekarang ini saja dengan kondisi internet yang seadanya kita bisa dengan mudah menemukan perkuliahan yang tidak mewajibkan mahasiswanya datang ke kelas, melainkan cukup dengan tatap muka secara online. Mungkinkah hal itu terlaksana tanpa internet yang memadai? Saya rasa tidak!

Bagi startup, internet cepat yang kita harapkan segera terwujud dalam rupa 4G/LTE ini memberikan kesempatan dan peluang baru. Ada banyak ide yang barangkali berseliweran di benak para kreatif muda di Indonesia yang terbentur karena internet yang tak memadai. Entah berapa banyak pula startup yang tumbang diakibatkan ketidak-siapan pasar atas konsep yang sebenarnya sangat visioner, namun apa daya konsumen belum siap menerimanya.

Internet cepat bukan hanya berpotensi memunculkan ide-ide baru yang lebih segar. Startup-startup matang seperti HarukaEDU, Quipper, atau Brainly juga punya lebih banyak ruang untuk berkembang. Mereka pun membutuhkan dukungan internet yang stabil dan cepat agar dapat menghantarkan video learning dengan optimal, dimana pesertanya dapat mengikuti seluruh pelajaran tanpa menghabiskan waktu menunggu buffering saat video diputar. Bisa dibayangkan jika kelas itu dilangsungkan secara r eal-time, berapa banyak peserta yang ketinggalan materi.

Meratanya implementasi 4G/LTE ke wilayah yang lebih luas juga berdampak pada meluasnya pangsa pasar para penggiat startup. Seperti kita tahu, startup biasanya dimulai dengan dana dan sumber daya yang terbatas. Mereka tak hanya butuh ide yang cemerlang, tapi juga butuh kesiapan pasar untuk menerima apa yang ditawarkan. Anda bayangkan bagaimana startup dapat bertahan jika apa yang mereka tawarkan hanya dapat diakses oleh segelintir orang-orang di perkotaan. Sekat-sekat digital seperti ini akan menjadikan orang-orang dengan akses internet lebih cepat cenderung lebih maju ketimbang mereka yang kebagian bandwidth sisa.

Untungnya pemerataan akses 4G/LTE terbantu berkat bermunculannya ponsel-ponsel pintar murah yang sudah dibekali dukungan teknologi tersebut. Contoh mudah misalnya Smartfren dan yang dibanderol kurang dari Rp 1 juta. Memungkinkan calon konsumen dari kelas menengah ke bawah semakin mudah akses informasi melalu berbagai platform seperti video, bisa juga video call dengan orang tercinta, kolega, teman dan kerabat.

Muaranya, startup akan memperoleh manfaat tidak langsung. Pengguna akan makin mudah mengakses internet cepat, memutar konten video tanpa tersendat, memperoleh informasi secara instan sehingga akan membuka peluang dan menghidupkan kreativitas anak muda Indonesia.

*Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang disponsori oleh Smartfren.

Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again