1. Startup

Perusahaan-Perusahaan E-Commerce Rocket Internet Belum Jadi yang Terdepan di Indonesia

Di ranah industri e-commerce Indonesia, nama Rocket Internet dikenal sebagai salah satu perusahaan jaringan e-commerce terbesar. Sempat resmi melantai bursa beberapa waktu lalu, dan dengan segala jajaran produk ternamanya di Indonesia seperti Lazada, Zalora, Carmudi, Lamudi, dan Lamido tak aneh jika Rocket Internet kerap dianggap sebagai perusahaan e-commerce terdepan di Indonesia. Padahal kenyataannya justru terbalik.

Situs Forbes berkata demikian. Merujuk dari berbagai pemaparan data yang dirilisnya – yang juga diambil dari sebagian platform analytics, geliat Rocket Internet di Indonesia ternyata tidak semenarik yang dikira oleh banyak orang (termasuk saya). Dalam pemberitaan itu disebutkan, di Indonesia, para pemain di platform marketplace dan classified ads ternyata memiliki performa pasar yang meyakinkan, yang bahkan bisa membuat Rocket Internet sepertinya harus berupaya lebih giat lagi untuk bisa melewati kondisi tersebut.

Sebagai gambaran, Lazada Indonesia diambil menjadi contoh konkrit akan produk Rocket Internet yang dianggap paling maju di Indonesia dan sempat menyandang gelar “Amazon-nya Indonesia” (baca juga: Balada pre order Xiaomi Redmi 1S di Lazada). Secara mengejutkan, situs marketplace Berniaga ternyata mengungguli performa Lazada yang sempat mencap bahwa dirinya sebagai marketplace nomor satu di Indonesia. Data justru mengatakan sebaliknya, Berniaga jauh lebih populer. Total keseluruhan kunjungan organiknya pun mencapai 70%, lebih besar dari Lazada yang hanya sebesar 60%.

Walau begitu, membandingkan Lazada dengan Berniaga mungkin agak kurang sedikit adil jika dilihat dari platform keduanya yang berbeda. Bisnis Lazada sendiri bergerak pada B2C, sementara Berniaga lebih ke arah C2C (consumer to consumer). Jika demikian, pemain lokal seperti Tokopedia bisa menjadi salah satu pemain yang bisa bersaing dengannya secara langsung.

Menurut data yang diberikan, jumlah pengunjung Lazada saat ini masih berada di atas Tokopedia, dengan jumlah pengunjung per bulannya mencapai 9 juta kunjungan di beberapa bulan kemarin atau naik dari angka 7 juta pada April silam. Sedangkan dalam periode yang sama, situs yang digawangi oleh pengusaha muda William Tanuwijaya tersebut hanya berhasil menarik jumlah kunjungan sebesar 6 juta.

Walau secara trafik kunjungan masih terpaut cukup jauh, nyatanya kepopuleran Tokopedia di benak pengguna Indonesia masih jauh lebih populer dibanding Lazada. Disebutkan, sebanyak 80% pengunjung Tokopedia merupakan pengunjung organik, dan sebanyak 17% berasal dari hasil pencarian berbayar Google. Sementara itu, pengunjung organik Lazada hanya sebesar 60% dan sisa 40%-nya berasal dari pencarian tadi.

Istilah pengunjung organik sendiri merujuk pada pola akses pengguna terhadap suatu situs, jika pengguna mengetik sendiri alamat situs yang ingin dikunjunginya melalui navigasi browser maka hal itu disebut dengan pengunjung organik, namun jika pengguna mengakses lewat pencarian di platform Google, maka itu disebut dengan pengunjung non-organik.

Selain hal tersebut, Tokopedia juga memiliki modal lain yang berpotensi untuk mengungguli Lazada. Tanggal 22 Oktober 2014 kemarin mungkin bisa menjadi jawabannya. Tokopedia berhasil membuat heboh jagat startup lokal dengan berhasil meraih investasi sebesar US$ 100 juta atau setara dengan Rp 1,2 triliun dari SoftBank dan Sequoia Capital. Dana investasi yang fantastis ini sontak menempatkan Tokopedia menjadi perusahaan Internet pertama asal Indonesia yang berhasil mencapai angka ratusan juta dollar. Dengan modal yang sangat besar tersebut, tak ayal Tokopedia kini punya bekal daya saing kuat.

Melihat paparan tadi, kesimpulan singkat yang bisa diambil adalah peluang para pemain industri e-commerce lokal sebenarnya sangat terbuka lebar untuk bisa menjadi raja di negeri sendiri. Persaingan kuat dari pemain global memang cenderung tak terbendung di mana Indonesia kerap dianggap sebagai negara konsumen. Padahal dari potensi yang dimiliki, jika dimaksimalkan akan bisa membendung para pemain global yang punya kesiapan dana dan infastruktur teknologi yang lebih besar dari pemain lokal. “Prestasi” Tokopedia beberapa waktu lalu mungkin bisa menjadi awal yang baik sembari dalam waktu mendatang, para pemain lokal juga diharapkan bisa memiliki daya saing kuat yang serupa. Semoga saja.

[ilustrasi foto: Shutterstock]

Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again